TAPUT – Pengalaman adalah guru yang sangat berharga terutama dalam meraih impian menuju masa depan yang lebih baik. Ibarat sebuah lukisan, manusia hanya tinggal memilih arah tujuan hidup, ingin pengalaman yang buruk atau pengalaman yang baik, semua tergantung dengan semangat, kejujuran, pekerja keras (rajin) dan keuletan. Setidaknya begitulah moto penerapan kehidupan seorang Buruh Harian Lepas (BHL) berpenghasilan ribuan rupiah, yang kini menjadi pengusaha sukses dengan aset miliaran rupiah.
Suriatman Simamora, pemuda kelahiran Dolok Sanggul kabupaten Tapanuli Utara (Taput) 10 Juli 1981 ini, dalam beberapa bulan belakangan menjadi buah bibir, dan semangat bagi para pengusaha lokal dikawasan Tanah Batak. Siapa yang menyangka hanya dalam kurun waktu 14 tahun menjadi Mitra (kontraktor), di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) sebuah perusahaan penghasil bubur kertas tebaik di Sumatera Utara, pria pemilik CV. Rogomos ini berhasil dalam bisnis penanaman, pemotongan dan pengangkutan kayu industri pengolahan pulp.
Cerita dibalik kesuksesan pria yang lahir 37 tahun silam ini tentunya tidak sertamerta gampang dan tanpa hambatan. Berbagai upaya dan usaha keras dilalui Suriatman Simamora dengan modal yang sangat kecil, dan tidak memungkinkan untuk diandalkan. Namun keyakinan terhadap usaha yang membawa hasil berlimpah ruah.
Awal kisahnya dimulai pada tahun 2003 yang lalu, ketika itu PT. TPL baru saja dibuka dan membutuhkan para pekerja yang diambil dari putra daerah. Kesempatan ini pun tidak dibiarkan begitu saja oleh pemuda lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) HKBP Dolok Sanggul ini. Dengan bermodalkan tekad dan hobi menanam, Suriatman Simamora bersama lima orang pemuda lainnya, berjuang sebagai seorang buruh harian lepas dengan pendapatan Rp 27 ribu perhari.
“Begitulah awal hidup saya bekerja sebagai buruh, gaji Rp 27 ribu saya sisihkan sedikit untuk simpanan. Ketika itu perekonomian dinegara kita memang sangat sulit, apalagi masih suasana moneter yang berkepanjangan. Kerjaan apapun pasti saya lakukan yang penting halal, untuk mendapatkan penghasilan sehari-hari,” tutur Suriatman Simamora sambil menyeduh kopi buatan istri tercinta, sambil sesekali melihat laporan manajemen perusahaan dari sekretarisnya.
Lebih kurang 4 tahun lamanya menjadi seorang buruh (2003-2007) menanam bibit pohon Eucalyptus, dikawasan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. TPL sektor Aek Raja kabupaten Taput, suami dari Rusmauleti Br. Silaban ini mencoba memberanikan diri menjadi mitra perusahaan. Dengan modal yang sangat kecil UD. Tapian Nadengan yang dibentuknya pada awal usaha tahun 2007, berhasil masuk dan dipercaya oleh pihak perusahaan (TPL).
Namun menurut Suriatman Simamora, ketika itu borongan pekerjaan yang diberikan kepadanya tidak begitu saja langsung dengan porsi yang besar. Menurutnya kerjaan yang diborongkan perusahaan, sifatnya masih dibatasi dengan durasi waktu selama 3 bulan saja. Lebih banyak menanam bibit pohon Eucalyptus, sambil dibarengi dengan pemanenan pohon. Borongan diberikan sesuai dengan modal dan jenis usaha yang dimiliki serta tanggung jawab yang dibebankan.
“Dulu borongan kerja untuk saya sangat kecil la, sesuai dengan modal yang kita punya, pekerjaannya juga masih lebih banyak menanam bibit. Sesekali adalah diberi kerjaan pemanenan pohon, itupun melanjutkan pekerjaan pihak lain yang tidak selesai,” sebut Suriatman Simamora, Rabu (24/1/2018).
Dorongan menjadi seorang pengusaha yang berhasil mulai kelihatan ketika mendapat dukungan dari kedua orang tua. Pemahaman dan masukan dari keluarga mengenai manejemen perusahaan dengan sistem tanam dan panen, diperkirakan akan membawa keuntungan dalam bisnis dan pengembangan usaha tanaman industri.
Suriatman Simamora beruntung ternyata pihak keluarga memberikan motivasi besar, serta tambahan modal untuk pengembangan usaha miliknya. Paskah menikah ditahun 2007 pemuda yang ramah dan santun ini pun, tanpa diduga juga mendapatkan dukungan pinjaman modal dari pihak perusahaan (TPL) untuk pengembangan usaha. Menurutnya inilah salah satu jalan yang diberikan Tuhan atas hasil kerja kerasnya selama ini.
“Waktu itu orang tua memberi semangat, katanya TPL ini pasti bertahan karena pekerjaannya rotasi dengan sistem tanam dan tebang, sehingga yakin ini akan berjalan berkesinambungan. Ditambah lagi TPL memberikan apresiasi dari hasil kerja saya, yakni pinjaman modal usaha kepada mitra yang dinilai jujur dan rajin,” terang Suriatman Simamora sambil memanaskan mesin mobil mewah yang didapat dari hasil kerjanya.
Sejak saat itu perubahan besar tentunya terjadi dikehidupan pemuda pekerja keras ini, perusahaan berubah nama menjadi CV. Rogomos. Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan perusahaan, untuk satu pekerjaan diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tak heran saat ini dirinya mampu mempekerjakan puluhan karyawan, yang direkrutnya dari para pemuda dan pemudi daerah Dolok Sanggul.
Pengalaman manejemen perusahaan yang didapatnya melalui pengalaman dilapangan dan TPL, dibangun berdasarkan kerja keras dan kekeluargaan. Dalam hal ini Suriatman Simamora sangat dekat dengan para pekerjanya. Bahkan para pekerja diberikan pendidikan dan motivasi agar mampu menjadi seorang pengusaha yang lebih baik dari dirinya.
“Pekerja melakukan penanaman bibit eucalyptus dilahan konsesi sesuai dengan banyaknya pekerjaan yang diberikan, misalnya 30 pekerja penanaman mampu menanam 30 ribu bibit perhari, karena setiap hektar mencapai 1666 pokok, dengan pembagian 10 orang per hektar sekaligus pekerja melakukan pemupukan,” ungkapnya.
Dari hasil kerja kerasnya selama belasan tahun, kini Suriatman Simamora memiliki aset perusahaan yang tidak sedikit. Ada 10 unit Eskavator alat berat pengangkat kayu Eucalyptus, tersebar disejumlah kawasan konsesi PT. TPL, perunitnya masing-masing memiliki nilai Rp 1,4 Miliar. Begitu pula dengan truk pengangkutan jenis tronton sebanyak 20 unit dengan nilai Rp 800 juta perunit.
“Pekerja itu adalah aset perusahaan,pekerja saya hampir mencapai seratus orang, kita sebagai pengusaha harus mampu dan mengerti kondisi pekerjaan dan penyesuaian pendapatan mereka. Untuk gaji para pekerja yang saya berikan pastinya bervariasi, sesuai dengan tingkat pengetahuan dan tanggung jawab, berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 7 juta perbulan,” ungkapnya.
Bahkan saat ini pemuda alumni Sekolah Dasar (SD) Sahitnihuta Toruan ,dan alumni Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sahitnihuta ini, juga memiliki jenis usaha lainnya antara lain membuka koperasi pertambangan batu dan rumah makan. Motivasinya adalah memberikan pekerjaan yang layak bagi pemuda diperkampungan Dolok Sanggul.
Diakhir perbincangan dengan Suriatman Simamora, pemuda yang memiliki semangat kerja keras ini sangat bersyukur dengan keberadaan perusahaan (TPL), yang banyak membawa perubahan dikampungnya, khususnya peningkatan perekonomian dipedesaaan. Bahkan dirinya menipis isu ketidak benaran tentang ancaman tanaman eucaplyptus yang merusak tanaman petani. Sebab menurut Suriatman Simamora banyak petani kopi dan cabai, yang hidup dan bercocok tanam berdekatan dengan areal konsesi HTI PT. TPL.