Teknologi pengolahan bubur kertas (Pulp) yang di produksi salah satu perusahaan terbaik di Asia, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL), dinilai semakin maju sesuai dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman. Manajemen produksi mulai dari pembibitan (Nursery), penanaman, perawatan, pemanenan, sampai kepada sistem teknologi pengolahan bahan baku untuk kertas tersebut, dilakukan sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
“Meskipun saya belum banyak mengerti tentang mekanisme produksi pulp, namun dari kunjungan langsung ke wilayah pembibitan hingga pengolahan pulp milik TPL di Porsea, semua terlihat jelas sistem produksinya sangak baik dan memiliki teknologi pengolahan produksi yang maju,” ungkap Amran Sinaga Wakil Bupati Kabupaten Simalungun, dan rombongan ketika berkunjung ke kompleks pabrik TPL di Parmaksian, Senin (1/4/2019).
Bersama rombongan staf pemerintahan Kabupaten, Amran Sinaga menjelaskan hampir seluruh mekanisme kegiatan perusahaan diperlihatkan secara terbuka. Meskipun kunjungan dirinya sifatnya Silahturahmi, namun Amran Sinaga mengungkapkan kepuasan karena langsung menyaksikan seluruh kegiatan perusahaan penghasil bubur kertas di Tapanuli ini.
Bahkan Wakil Bupati Simalungun Amran Sinaga sangat yakin aktivitas perusahaan PT. TPL telah memenuhi standar baku mutu, serta penerapan sistem lingkungan yang baik sebagaimana ketetapan pemerintah. Menurutnya kunjungan saat ini sangat memuaskan apalagi saat ini sektor konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) perusahaan TPL ada juga yang berada diwilayah kabupaten Simalungun.
“Kita hanya bersilahturahmi karena ada wilayah konsesi HTI TPL di wilayah Simalungun, ingin tau bahwa TPL punya andil untuk pertumbuhan pulp dan tenaga kerja, sekaligus Ingin melihat proses produksi mulai dari nursery sampai kepada pengolahan limbah. Meskipun saya awam terhadap proses produksi perusahaan, namun mekanismenya langsung saya lihat sendiri dari awal sampai kepada pengoalahan akhir ke sungai yang telah aman, dan bioata yang hidup”, sebut Amran Sinaga yang berkunjungan dengan Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumut Iskandar Sinaga.
Kemajuan teknologi pengolahan pulp milik PT. TPL melalui tanaman kayu eucalyptus dikawasan HTI milik TPL, dirasakan banyak memberikan perubahan dan peningkatan sesuai dengan perubahan zaman. Menurut Iskandar Sinaga isu yang kurang menyenangkan terhadap perusahaan penghasil pulp terbaik dalam beberapa tahun belakangan yang lalu, lambat laun akan hilang karena ilmu pengetahuan dan teknologitersebut.
Menurut wakil ketua komisi yang membidangi perekonomian, pertanian, perkebunan, perusahaan di Sumatera Utara ini, perusahaan TPL bukan hanya penghasil lebih kurang 2,1 juta bibit pohon eucalyptus dikawasan Tapanuli, namun juga memberikan perubahan ekonomi masyarakat sekitarnya bahkan peningkatan devisa Negara melalui pajak pendapatan.
“Setelah berkunjung bersama Wabup Simalungun, saya lihat perusahaan baik dan teknologinya maju, salah satunya adalah TPL sudah dapat menggunakan tanaman yang ditanaman, dan menipis isu TPL menebang hutan alam. Dalam proses limbah sudah cukup baik, melalui PH air 7,1 dan seteril sesuai standar internasional. Dulu isu polusi tentang aroma yang tidak sedap, ternyata saat ini sudah dapat diatasi melalui ilmu pengetahuan, dulu memang masih terasa kurang enak dan nyaman,” tutur Iskandar Sinaga.
Sementara itu Manager Stageholder Relation TPL Tagor Manik mengungkapkan saat ini kondisi perusahaan TPL cukup baik. Kegiatan produksi pengolahan pulp dari bahan baku kayu ecualyptus diterima masyarakat. Aktivitas perusahaan melalui kerjasama dengan masyarakat melalui mitra kerja, pembangunan HTI dan pabrik, hingga bantuan perusahaan melalui Coorporate Social Responsibilty (CSR) diterima masyarakat. Menurutnya saat ini masyarakat juga sudah semakin memahami pengelolaan pabrik yang sudah semakin bersahabat dengan lingkungan.
“Kedatangan Wabup Simalungun adalah silahturahmi, TPL sangat terbuka untuk siapapun dalam mengetahui produksi perusahaan pulp mulai dari pembibitan (Nursery) sampai kepada pengolahan di pabrik. Areal konsesi HTI perusahaan diwilalyah Simalungun sekitar 18 ribu ha,” ungkap Tagor Manik.